Akulturasi itu sendiri adalah suatu proses sosial yang timbul
ketika suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima
dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
akulturasi adalah perubahan sosial budaya dan struktur sosial serta pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf individu adalah
faktor-faktor kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai, mau mengambil
resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya yang
mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi
dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai.
Budaya
merupakan satu konsep yang dapat menjelaskan perilaku nyata. Perubahan dalam
perilaku akan "memaksa" perubahan budaya serta kesenjangan antara
perilaku dan budaya menghasilkan ketegangan yang dapat merubah corak budaya.
Adanya akulturasi yang membuat menyatunya dua kebudayaan yang berbeda tanpa
menghilangkan kebudayaan aslinya tentu akan berpengaruh pada perilaku dan aspek
psikologis masyarakat di kebudayaan tersebut. Menurut Graves (dalam Berry,
1998) akulturasi psikologis menekankan pada perubahan akulturasi pada
psikologis individu.
Maka dapat
dikatakan bahwa Akulturasi psikologis adalah akulturasi yang terjadi pada
psikologis seseorang atau suatu masyarakat, misalnya seseorang yang merantau
akan terpengaruh dengan budaya yang ada ditempatnya merantau secara psikologis,
seperti pola berpikir atau sifatnya, tetapi tidak membuat ia berubah seutuhnya
menjadi seperti orang-orang asli ditempat tersebut.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar