Jumat, 02 November 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural



A.    Pengertian Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Atau bisa juga di definisikan sebagai perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi.
Contoh akulturasi, saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya. Contoh lainnya yaitu, baju batik di Indonesia, yang digabungkan dengan model baju dari luar negri sehingga menghasilkan baju batik modern, disini budaya batik masih tetap ada namun di inovasikan menjadi batik modern.
B.     Faktor-Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Suatu Proses Akulturasi
Faktor Internal (dalam), antara lain:
1.    Bertambah atau berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatannya. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkna berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lainnya (misalnya transmigrasi).
2.    Penemuan-penemuan baru
              a.     Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
               b.     Invention : penyempurnaan penemuan baru
               c.     Innovation: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
3.    Pertentangan (konflik) masyarakat
Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.
4.    Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan menimbulkan perubahan.
Faktor Ekstern (luar), antara lain:
1.    Lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia
Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, meletusnya gunung berapi, banjir besar, angin topan, dan semacamnya mengakibatkan masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal yang baru. Mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut.
2.    Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
3.    Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.
C.    Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
a.    Faktor Pendorong:
1.    Sikap menghargai hasil karya orang lain dan Keinginan untuk maju
2.    Kontak dengan kebudayaan lain
3.    Sistem pendidikan formal  yang maju
4.    Toleransi terhadap perubahan-perubahan
5.    Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
6.    Penduduk yang heterogen
7.    Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8.    Orientasi ke masa depan
9.    Sikap mudah menerima hal baru
b.    Faktor-faktor penghambat:
1.    Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2.    Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat
3.    Sikap masyarakat yang sangat tradisional
4.    Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
5.     Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada intergrasi kebudayaan
6.    Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
7.    Hambatan-hambatan yang bersikap ideologis
8.    Adat atau kebiasaan

A.    Pengertian Internakultural
Internakultural (komunikasi antarbudaya) menurut Stewart L. Tubbs, adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau sosioekonomi) atau gabungan dari semua perbedaan ini.  Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan internakultural sebagai human flow across national boundaries. Misalnya, dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan internakultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa internakultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya internakultural itu dilakukan:
1.  Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2.  Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
3.  Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4.  Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.
B.     Fungsi-Fungsi Internakultural
1.         Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a.    Menyatakan identitas sosial
Dalam proses internakultural terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
b.    Menyatakan integrasi sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
c.     Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
d.   Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
2.         Fungsi Sosial
a.    Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek internakultural di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses internakultural fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b.    Menjembatani
Dalam proses internakultural, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c.    Sosialisasi nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
d.   Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses internakultural. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
C.    Prinsip-Prinsip Internakultural
1.    Relativitas bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2.    Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3.    Mengurangi ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4.    Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
5.    Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6.    Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam internakultural seperti dalam semua komunikasi, kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.

Kesimpulan:
Akulturasi dan internakultural (komunikasi antar budaya) memiliki relasi atau hubungan yang saling berpengaruh, karena sesuai dengan pengertian akulturasi yang telah dijelaskan diatas, akulturasi ini merupakan bagaimana suatu kebudayaan menerima kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan aslinya, proses penerimaan budaya ini tidak akan terjadi tanpa adanya komunikasi antar budaya, karena tanpa adanya komunikasi maka tidak akan terjadi yang namanya pertukaran budaya, dalam komunikasi ini akan terjadi proses saling mempengaruhi antara satu budaya dengan budaya lainnya, sehingga terjadilah suatu akulturasi pada suatu kebudayaan.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Selasa, 09 Oktober 2012

Transmisi Budaya dan Biologis


Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah.

Bentuk – bentuk Transmisi Budaya
1. Enkulturasi
 Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu.
Mengacu pada proses dengan mana culture (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Budaya ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen.
 2. Sosialisasi
Proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
3.Akulturasi
Suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

Pengaruh Transmisi Budaya
1.      Enkulturasi
Mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
2.      Sosialisasi
Mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, adanya hubungan atau kontak sosial seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa.
3.      Akulturasi
Mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing.

Awal Pengembangan dan Pengasuhan
Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti enkulturasi, sosialisasi ataupun akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya.

Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya


Psikologi Lintas Budaya


Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik, mengenai hubungan-hubungan di antara perubahan  psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan perubahan biologis, serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam perubahan-perubahan  tersebut.
Definisi psikologi lintas budaya menurut para tokoh :
-          Segall, Dasen dan Poortinga  : Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
-          Herskovits : Mendefinisikan budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya (culture is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa disebut budaya.

Tujuan Psikologi Lintas Budaya
Untuk melihat manusia dan perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang ada disekitar kita . Untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lain
            Melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnik berdasarkan antara organism dengan lingkungan dengan mempelajari aspek kehidupan fisik makhluk hidup dalam suatu kehidupan masyarakat.
           
Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lainnya
-          Psikologi Indigenous : Merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya.

Mengapa Indigenous Psychology diperlukan? Hal ini terkait dengan “masalah” yang ditimbulkan oleh teori  yang ada dan digunakan selama ini, jika ditelusuri lagi merupakan suatu teori yang disusun berdasarkan sampel orang-orang barat dengan budaya barat. Teori tersebut kemudian digeneralisasikan untuk, bisa dikatakan, hampir semua orang di dunia ini. Padahal belum tentu teori tersebut sesuai dengan budaya suatu negara. Ada suatu perbedaan yang terkandung di dalam budaya di tiap-tiap daerah. Oleh karena itulah Indigenous Psychology dibutuhkan. Namun, mengingat bahwa Indigenous Psychology ini adalah suatu paham baru, penelitian mengenai Indigenous Psychology masih diperlukan.

-          Psikologi budaya : Studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan, mengekspresikan, mentransformasikan dan mengubah psike manusia. Psikologi budaya adalah studi tentang cara subjek dan objek, self dan other, psike dan budaya, person dan konteks, figure dan ground, praktisi dan praktek hidup bersama, memerlukan satu sama lain. Psikologi budaya adalah interdisiplin ilmu tentang manusia yang bertujuan untuk mengembangkan beberapa disiplin, khususnya antropologi (satu kesatuan dengan linguistik) yang bermanfaat untuk menganalisa lingkungan sosio-kultural (makna dan sumber-sumber “forms of life”) dalam semua itensionalisme dan kekhususan mereka; dan psikologi (satu kesatuan dengan filosofi) yang bermanfaat untuk analisis tentang person dalam semua intensionalitas dan historisitasnya.

-          Antropologi : Berpusat pada penelitian variasi kebudayaan di antara kelompok manusia. Antropologi budaya mengumpulkan data mengenai proses ekonomi dan politik global atas budaya lokal. Para antropolog budaya menggunakan berbagai metode, termasuk pengamatan partisipatif (participant observation), wawancara dan angket statistik. Penelitian mereka sering dikatakan pekerjaan lapangan karena sang antropolog harus menetap untuk waktu yang cukup lama di lapangan penelitiannya.


Referensi :





Minggu, 18 Maret 2012

fenomena terkait kesehatan mental

Kesehatan mental masuk ke dalam teori psikologi sosial yang di kemukakan oleh Erikson. Menurutnya kesehatan mental adalah metode / usaha-usaha untuk mencapai mental yang sehat, Erikson juga menambahkan beberapa aspek mengenai kesehatan mental yaitu Intelektual, Sosial, Spiritual-Moral, Emosional.
                Melihat dari aspek maka kita lihat dari fenomena yang sedang terjadi, ambiilah contoh mengenai budaya merokok di kalangan remaja. Hal ini selain merusak kesehatan mental anak ini juga akan berdampak buruk pada perilakunya, berikut dampak merokok dilihat dari aspeknya :
-          Intelektual : merokok dapat mempengaruhi pola pikir remaja di karenakan remaja yang merokok akan cenderung berpikir pendek dan mengatasi semua masalah dengan merokok.
-          Sosial : ini mempengaruhi perilaku individu tersebut, individu itu akan cenderung meminta uang jajan lebih untuk membeli rokok setiap hari.
-          Spiritual – moral : dalam hal ini individu akan cenderung melakukan hal yang salah namun bagi dia apa yang dilakukannya adalah benar.
-          Emosional : individu akan cenderung emosi dan cepat marah apabila dia tidak mendapat uang untuk membeli rokok.

Maka itu, di sini peran orang tua amatlah sangat penting karena kesehatan mental di mulai dari manusia terlahir di dunia ini bahkan sebelum terlahir pun saat dalam kandungan kesehatan mental sudah menjadi penting bagi individu itu nantinya.

Referensi : www.google.com


kesehatan mental

Mental adalah hal yang paling penting yang dimiliki oleh setiap individu. Sejak terlahir ke dunia ini mental menjadi salah satu hal atau bagian dari individu yang harus ada dan tercipta dengan sendirinya. Kesehatan mental seseorang sering kali dihubungkan dengan kemampuan penyesuaian dirinya. Kehidupan yang tidak selamanya berjalan lancar dan sesuai keinginan, serta hambatan dan pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan pemuasan diri sehingga mengganggu kapasitas penyesuaian diri seseorang. Kondisi demikian menimbulkan tekanan yang harus dihadapi individu yang bersangkutan. Konflik dan frustrasi yang bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber stress (Coleman, 1950).
Shoben (dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian integrative (integrative adjustment), yang ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab pribadi dan sosial, minat sosial yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.

Kamis, 12 Januari 2012

pengalaman penelitian

Selama melakukan penelitian banyak hal terjadi. ketika saya memberikan kuisioner kepada responden mereka mengisi dengan banyak pertanyaan kepada saya ya walaupun pertanyaan yang saya ajukan dalam kuisioner itu sudah amat jelas tapi mungkin itu cara mereka untuk tidak berada dalam suasana canggung dan ya sudah saya pun mengobrol dengan mereka. di balik itu semua ada sisi positif yang dapat saya ambil karena saya bisa mendapatkan teman baru dan cerita-cerita baru serta hal baru karena memang kebetulan responden yang saya ambil berasal dari fakultas yang berbeda dengan saya.
pelajaran lain adalah jangan pernah takut dan ragu untuk masuk dalam lingkungan penelitian anda totallah dalam melakukan penelitian karena dengan cara seperti itu anda akan mendapatkan hasil yang memuaskan serta maksimal dan jangan pernah  setengah hati untuk melakukan sebuah penelitian.